Friday, March 18, 2011

Adab Berbicara


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Agama Islam itu agama yang syumul lagi lengkap. Segala aspek dalam kehidupan telah diajar dengan garis panduan yang sebaik-baiknya untuk diamalkan demi kesejahteraan umat. Begitu juga dengan berbicara, juga ada beberapa adab yang telah Allah ajarkan. Semoga dengan sedikit peringatan ini, dapatlah kita sama-sama memperbaiki akhlak diri dalam bertutur. InsyaAllah, semoga bermanfaat :)

"Dan berikanlah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat untuk orang beriman."
[az Zariyat, 51: 55]


Dahului dengan Salam

Apabila seorang datang langsung berbicara sebelum memberi salam maka janganlah dijawab. (HR. Ad-Dainuri dan Tirmidzi)


Ucapan Bermanfaat
Dalam kamus seorang Muslim, hanya ada dua pilihan ketika hendak bercakap dengan orang lain. Mengucapkan sesuatu yang baik atau memilih diam. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam (SAW) bersabda, "Barang siapa mengaku beriman kepada Allah dan hari Pembalasan hendaknya ia berkata yang baik atau memilih diam." (HR. Bukhari).

”Diam (tidak bicara) adalah suatu kebijaksanaan dan sedikit orang yang melakukannya.” (HR. Ibnu Hibban).

”Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam”. (HR. Ahmad)


Berbicara dengan Lemah Lembut
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut (QS. Thaha: 44)


Bernilai Sedekah Jika Ucapan itu Santun
"Setiap tulang itu memiliki kewajiban bersedekah setiap hari. Di antaranya, memberikan boncengan kepada orang lain di atas kendaraannya, membantu mengangkatkan barang orang lain ke atas tunggangannya, atau sepotong kalimat yang diucapkan dengan baik dan santun." (HR. Bukhari).


Tidak Banyak Bicara
Dari al-Mughirah Ibnu Syu'bah bahwa Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menahan dan menuntut; dan Dia tidak suka kalian banyak bicara, banyak bertanya, dan menghambur-hamburkan harta." (Muttafaq Alaihi)
*Hadist ke -19 Kitab Adab dan Kesopanan Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Ashqolani.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai banyak bicara, menghambur-hamburkan harta dan terlalu banyak bertanya. (HR. Bukhari)


Berhati-hati dalam Berbicara
Berhati-hatilah dalam berbicara. Karena berbicara ini, bisa membawa kita sampai ke neraka. Sebaiknya menghindari pembicaraan berujung kepada kesia-siaan dan dosa semata.

Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

"Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh jaraknya dariku pada hari Kiamat adalah para penceloteh lagi banyak bicara." (HR. Tirmidzi) .


Tidak Ghibah
"…Dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat : 12).

Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, "Allah dan rasulNya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai." (HR. Muslim)


Tidak Mengadu Domba
Hudzaifah Radhiyallahuanhu (RA) meriwayatkan, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Tak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (HR. Bukhari dan Muslim).


Tidak Berbohong
"Sesungguhnya kejujuran itu mendatangkan kebaikan, dan kebaikan itu akan berujung kepada surga. Dan orang yang senantiasa berbuat jujur niscaya tercatat sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya kebohongan itu mendatangkan kejelekan, dan kejelekan itu hanya berujung kepada neraka. Dan orang yang suka berbohong niscaya tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta." (HR. Bukhari).


Menghindari Perdebatan
Sedapat mungkin menjauhi perdebatan dengan lawan bicara. Meskipun boleh jadi kita berada di pihak yang benar. Sebab Rasulullah SAW telah menjamin sebuah istana di surga bagi mereka yang mampu menahan diri. "Aku menjamin sebuah istana di halaman surga bagi mereka yang meninggalkan perdebatan meskipun ia berhak untuk itu." (HR. Abu Daud, dishahihkan oleh al-Albani).


Jangan Mencaci-maki
Apabila ada orang yang mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya karena pahalanya untuk kamu dan kecelakaan untuk dia. (HR. Ad-Dailami)


Janganlah Berbisik-bisik
Apabila berkumpul tiga orang janganlah yang dua orang berbisik-bisik (bicara rahasia) dan meninggalkan orang yang ketiga (karena hal tersebut akan menimbulkan kesedihan dan perasaan tidak enak baginya). (HR. Bukhari)


Tak Memotong Pembicaraan
Suatu hari seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah SAW, ia langsung memotong pembicaraan beliau dan bertanya tentang hari Kiamat. Namun Rasulullah tetap melanjutkan hingga selesai pembicaraannya. Setelah itu baru beliau mencari si penanya tadi. (HR.Bukhari)


Hindari Mengolok dan Memanggil dengan Gelar yang buruk
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan yang lain. Karena boleh jadi perempuan (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok) itu. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain. Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa yang tak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Hujurat : 11).


Menjaga Rahasia
"Tiadalah seorang Muslim menutupi rahasia saudaranya di dunia kecuali Allah menutupi (pula) rahasianya pada hari Kiamat." (Riwayat Muslim).

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan. (QS. Al-Mujadilah: 9)

Wallahu 'alam

p/s: petikan asal

Tuesday, March 8, 2011

Merenung Nikmat Allah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Cuba bayangkan segala kehidupan di atas muka bumi tiba-tiba terhenti seketika tidak kira manusia, tumbuhan, mesin atau komputer yang selalu kita gunakan? Bagaimanakah keadaan selepas itu ia kembali seperti biasa? Tentu kita semua bingung dengan peristiwa aneh tersebut. Namun sebenarnya di sebalik kejadian tersebut terdapat pelbagai hikmah yang dapat kita pelajari. Di sinilah kita perlu kembali menghitung dan memikirkan kembali siapakah Pencipta kepada seluruh kehidupan di atas muka bumi ini.Siapakah yang mengurniakan segala kurniaan dan nikmat yang tidak terhingga bilangannya kepada seluruh alam? Tanpanya segala kehidupan yang bernafas tidak akan hidup.

Alangkah bagusnya jika kita dapat meluangkan masa walaupun untuk seketika merenung dan berfikir kembali segala kurniaan nikmat yang diberi oleh Maha Pemurah itu kepada kita. Allah s.w.t. berfirman :

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungkannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat)”. (Ibrahim:34)

Dan kerana itulah al-Quran selalu menyeru dan menyuruh kita agar memikirkan dan mengenali nikmat-nikmat Allah yang tidak terhingga, menghargainya, mengakui segala kurniaan kepada diri kita dan menunaikan segala kewajipan dengan mensyukuri dan memuji nikmat yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita.

Saban masa dan ketika kita menikmati kurniaan Allah. Setiap detik dan saat sejak kita dilahirkan hinggalah dewasa ini, kita tidak putus-putus dikurniakan dengan pelbagai nikmat. Lantaran ianya berlaku saban masa dan menjadi sesuatu yang lumrah, lantas kita tidak perasan dan menghiraukannya. Kita seolah-olah terlupa bahawa ia adalah hadiah dan kurniaan Allah kepada kita. Begitulah perangai kita yang tidak ubah seperti kacang lupakan kulit. Kita sering melihat manusia saling memuji apabila salah seorang di antara kita menghulurkan bantuan atau memberi derma kepada yang memerlukan. Tetapi di sebaliknya kebanyakan darinya tidak memberi pujian kepada yang lebih berhak dari mereka di atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada manusia walaupun nikmat itu sangat besar dan berharga.

Sebaliknya segala kurniaan nikmat yang diberiNya banyak di kalangan kita menggunakannya ke arah keburukan dan membawa kepada menderhakaiNya. Kita tidak menyedari betapa bernilainya nikmat tersebut kepada kita dan setelah kehilangannya barulah ketika itu kita kembali kepada Allah dengan berdoa. Allah s.w.t. berfirman :

”Dan apa saja nikmat yang ada padamu, maka dari Allah-lah(datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. Kemudian apabila Dia telah menghilangkan kemudharatan itu daripada kamu, tiba-tiba sebahagian dari kamu mempersekutukan Tuhannya dengan (yang lain). Biarlah mereka mengingkari nikmat yang telah kami berikan kepada mereka; maka bersenang-senanglah kamu, kelak kamu akan mengetahui (akibatnya).” (An-Nahl: 53-55)

Sesungguhnya di antara nikmat yang terbesar dan teragung ialah nikmat Islam. Allah s.w.t. berfirman:

”Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuredhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Ma’idah: 3)

”Sesungguhnya agama (yang diredhai) di sisi Allah hanyalah Islam.:”(Ali-Imran: 19)

”Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali-Imran: 85)

Sebahagian besar dari golongan kita tidak menyedari dan menghargai nikmat besar kerana mungkin mereka mewarisi Islam tanpa susah payah dan tidak berusaha untuk mengenal kebaikan di dunia dan akhirat. Nikmat Islam adalah segala-galanya dan tiada bandingan dengan nikmat yang lain. Hanya dengannya kita dapat merasakan kesempurnaan hidup maka kita perlu berusaha menjadi muslim yang sentiasa bersyukur kerana mendapat nikmat yang besar ini. Nikmat Islam adalah yang paling mahal dan tinggi nilainya kerana ia bukan setakat untuk di dunia tetapi berterusan hingga ke hari akhirat.

Sekali lagi kita cuba membayangkan bagaimanakah jika penglihatan kita rosak atau tidak berfungsi hingga mengganggu aktiviti harian kita? Sudah tentu segalanya akan terganggu dan terbatas. Di tambah pula dengan hilangnya pendengaran dan pita percakapan kita? Tanyalah iman kamu sejauh mana kesabaran dan keredhaan kamu terhadap apa yang menimpa kamu. Dengan ini marilah kita menggunakan segala nikmat-nikmat tersebut ke arah kebaikan untuk mentaati Allah. Baca dan renungilah ayat-ayat suci ini dengan memuji Allah kerana kurniaan rahmat dari-Nya.

”Hai manusia, apakah yang memperdayakan kamu (berbuat derhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuhmu) seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.”
(Al-Infithar: 6-8)

SUDAHKAH KITA BERSYUKUR?


Firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surah An-Nahl ayat 18 yang tafsirnya:
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepada kamu, tiadalah kamu akan dapat menghitungnya satu persatu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani."


Sesungguhnya sudah pasti kita tidak mampu menghitung atau mengira nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kita tanpa meminta sebarang balasan. Justeru itu perlulah kita menyedari segala nikmat yang dianugerahkan tidak kira ketika sihat, suka, senang, mudah bergerak, bercakap, melihat, mendengar dan sebagainya yang digunakan dalam kehidupan seharian kita.

Allah s.w.t. berfirman:
”Adapun manusia apabila Tuhannya menguji lalu memuliakan-Nya dan diberiNya kesenangan, maka ia berkata: ”Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka ia berkata: Tuhanku menghinaku.” (Al-Fajr: 15-16)

Maka perlulah kita menyedari bahawa hidup kita di dunia ini adalah ujian, kadang-kadang kita diuji dengan kebaikan atau musibah.

”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cubaan yang sebenar-benarnya; Dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya: 35)

Setelah kita berusaha mencari dan memikirkan nikmat-nikmat ini sudah pasti seterusnya adalah menjadikan ianya bekalan iaitu ma’rifah dan jasa Allah terhadap diri kita. Dengan adanya bekalan ini, dapatlah kita menjadikan ia sebagai pendorong untuk mentaati, memuliakan, mengagungkan dan mensyukuri dengan baik kepada Allah. Seandainya Allah tidak memberikan rahmat-Nya kepada hamba-Nya, maka nikmat-nikmat itu akan berubah menjadi bala yang menyebabkan kecelakaan kepada manusia dan mendorong ke arah penderhakaan.

Sesungguhnya mensyukuri nikmat juga menunjukkan tanda hampirnya dan kecintaan seseorang kepada Allah. Orang-orang yang bersyukur memiliki kesedaran dan kemampuan untuk melihat keindahan dan kenikmatan yang dikurniakan Allah.

p/s: sila klik di sini untuk petikan asal.